“When we feel that love is not fair, when everything seems like failure scene and our do didn’t work. Oh this is the hardest part of our life. They always tell me this is the worlds end. Well the sun is always rise everyday, it’s always a brand new day, no one knows what could happen. And it’s not the worlds end, but new world just begin. It don’t give me a reason to stop, it’s reason me to try harder. Go, go, go." Dio.
"Sekarang apa lagi ya ?" ucap Dio
Di pagi hari, Mengawali hari ini, sambil menyudahi mengikat tali sepatunya, sambil tersenyum dan berkata "Terima kasih Pagi". Dio beranjak menuju kampusnya. Kini sudah semester 6. Dio mulai disibuki dengan kegiatan-kegiatan kampusnya, Dio juga sekarang mulai bekerja di sebuah Event Organiser yang sering mengadakan konser musisi dunia.
"Pagi, pagi, pagi. Hari ini nggak ada yang ulang tahun, tapi hari terus berganti. Paling nggak selalu ada hari baru." ucap Dio dalam hati.
Sore menjelang. Setelah kuliah, Dio langsung pergi ke tempat kerjanya. Dio masuk kerja disore hari, disaat semua selesai, justru ia baru memulainya. Creative PR adalah jabatan yang diembannya, tugasnya adalah sebagai publisher setiap kegiatan yang akan diselenggarakan. Melalui media internet. Saat ini Dio sedang sibuk mempublikasikan kedatangan bintang pop asal kanada, Martin Somber.
"Heran deh, apa coba bagusnya tuh si Martin, sampe tiket aja baru 2 hari release udah sold out." ketus Dio
"Ya mau gimana lagi fansnya banyak disini, liat aja nanti berapa cewek pulang nonton konser dia tanpa BH, gara-gara BH-nya dilemparin ke atas panggung." sahut temannya
"Hahaha, kacau ya."
Konserpun berjalan sukses dan meriah, semua penonton berteriak histeris dan senang.
Dio kini menjadi orang yang sangat sibuk, dia hanya menghabiskan beberapa jam saja di rumah.
"Kamu sekarang kurusan, dekil lagi, jangan terlalu sibuk sama kerjaan kamu, jaga kesehatan kamu." ucap mama Dio
"Iya ma, aku berangkat ya." Dio menjawab
Kadang Dio berpikir bahwa ia memang terlalu sibuk dengan kegiatannya ini, kadang ia tahu jika ia butuh istirahat namun tak dilakukanya. Ia hanya tidak mau waktu menjadi luang dan bayangan tentang hal yang lalu kembali datang. Dan jika bayangan itu datang, ia hanya mampu berkata dalam hati.
"Ayolah Dio, dia udah bahagia disana, dia udah bahagia sama orang yang dia pilih, Tuhan menciptakan mata di depan muka agar kita tak melihat kebelakang kan, iya kan ?"
Meski Dio sudah merelakan Rasti pergi, namun kadang Dio mengalami hal seperti dejavu, hal-hal indah bersama Rasti kadang sering melintasi pikiran Dio, kadang ada perasaan sayang dalam hatinya mengapa semua itu harus berujung. Yang membuat Dio takut melihat masa depannya, karena membayangkan masa lalu yang begitu indah baginya.
Esok hari, Dio selalu bertemu dengan esok hari, saat sore tiba, awan terlihat memerah, Dio sudah berada di tempat kerjanya, saat sedang melakukan browsing myspace ia "mampir" ke myspace Franz Ferdinand, dan terkejut saat melihat tulisan "We ever heard about indonesia, and we think it’s amazing to rock on their stage"
Hal pertama yang dipikirkan adalah mereka pasti datang ke indonesia, pasti. Hal itupun mulai dirapatkan dan kemudian menghasilkan keputusan untuk mendatangkan Franz Ferdinand. Yeah yeah yeahss !
Dan mereka pun akhirnya mau datang ke Indonesia. Dio mulai disibukan, 2 minggu untuk melakukan publikasi. Kali ini Dio sangat semangat, karena inilah yang ia tunggu-tunggu selama ini. Dan inilah hal yang dulu menyatukanya dengan.... Ya Rasti. Dio seminggu tak kuliah karena sangat sibuk dengan ini.
Publikasi selesai, besok mereka pentas.
On Stage.
"Good evening Jakarta" sambut sang vokalis. Panggung gemuruh saat mereka menyanyikan lagu "Do you wanna ?" mereka tanpa henti membuat panggung gemuruh, hingga pada akhirnya mereka membawakan lagu penutup mereka. "Tell her tonight"
I only watched her walk, but she saw it. Heard hear talk, but she saw it. Touched her hips but she saw it. Gonna have to tell her tonight.
Lagu yang terus Dio dengarkan saat ingin menyatakan cinta pada Rasti.
Acara pun selesai.
"Dioooo" sahut seorang wanita
"Dio, kamu nonton juga ?"
"Rasti...... Nggak nyangka kamu di sini ?”
"Nggak mungkin aku nggak nonton, kamu sendiri aja ?"
"Iya sendiri, aku kerja di sini, aku kerja di EO yang bikin acara ini, Wira mana ?"
"Waaahhh, hebat banget, kerja kamu bikin mimpi kamu jadi kenyataan ya, aku sendiri ke sini. Oh iya, aku belum minta maaf sama kamu."
"Kenapa sendiri ? Minta maaf apa ?"
"Wira nggak suka acara ini, aku mau minta maaf soal Wira."
"Hmmm, aku udah lupain ko."
"Ehh kamu bahagia kan, sama Wira ?"
Pertanyaan yang sungguh sangat bodoh, sangat bodoh, sangat bodoh. Rasti cerita soal Wira, dan Rasti cerita betapa bahagianya dia dengan Wira. Yap, Rasti tidak pernah bercerita, dan sekalinya bercerita, Rasti bercerita hal yang sesungguhnya tak ingin Dio dengar.
"Kamu dapet merchandise nggak dari FF ? Aku mau dong, kalo masih ada itu juga, hehe"
"Ehh ada kok, tapi nanti seminggu lagi baru jadi, nanti aku kasih ke kamu deh, aku mau ke sana dulu ya Ras, mau briefing."
"Ya udah aku juga mau pulang sekalian, jangan lupa ya merchandisenya."
Jika kita mau berusaha dan melakukanya dengan serius, Tuhan tidak hanya akan memberikan jalan, tapi juga akan menerangi jalan kita. Konser berjalan sukses. Suatu waktu kita pernah merasa bahwa apa yang kita inginkan itu tidak selalu apa yang kita butuhkan. Seperti pertemuanya dengan Rasti.
Dio sudah mendapatkan merchandise dari Franz Ferdinand, kaos bertuliskan "Tell her tonight". Dio sebenarnya tak ingin bertemu Rasti, tapi ia sudah janji. Dan mereka akan bertemu di alun-alun. Tidak untuk makan seafood, tapi hanya sekedar minum kopi dan memberikan merchandise itu.
"Dio, tumben kamu yang dateng duluan, maaf ya aku telat, jam pulang kerja sih." sapa Rasti
"Iya aku sekalian mau berangkat kerja juga, kebetulan kuliah pulang cepet." jawab Dio
"Ini merchandisenya kaos, mudah-mudahan ukuranya pas."
"Wah bagus banget, makasih ya Dio, kopinya aku yang traktir yah."
"Kamu belum pernah nih sebelumnya ngajak aku jalan sore-sore gini, kamu kan paling nggak kuat lihat langit senja yang jingga ini, katanya suka langsung pusing."
"Iya sih, ada beberapa hal yang bikin aku nggak suka sama rona senja, sebutanya rona senja ras..hehe"
"Oh, namanya rona senja ya ? Kenapa ya warna awanya itu jingga kalo sore, kamu tahu ?"
"Tahu, jadi gini. Di siang hari cahaya matahari yang warnanya putih itu melewati atmosfer, terus cahaya putih itu berhamburan jadi beberapa warna. Hijau, ungu, biru, merah, jingga dan kuning. Nah, warna hijau, ungu dan biru yang frekuensinya lebih banyak dari warna merah, jingga sama kuning berhamburan dan membentuk warna biru terang pada langit di siang hari. Nah apa yang terjadi pada langit di sore hari ? Warna-warna sisa yang tidak banyak terhambur pada siang hari seperti merah, jingga dan kuning terus bergerak lurus melewati atmosfer dan warna sisa itu membaur dan membuat awan berwarna kemerahan yang merupakan percampuran warna merah, kuning, dan jingga. Mereka sebut itu rona senja."
"Selalu ada hal yang bisa aku kagumi dari kamu, Dio." ucap Rasti
"Di bulan dan di planet yang tidak beratmosfer, cahaya matahari nggak dihamburkan, jadi langit akan selalu gelap walau disiang hari."
"Kamu tahu ini semua dari mana ? Tanya Rasti.
"Aku awalnya cuma pengen tahu rona senja, aku dapet di planetarium, prosesnya indah, tapi tetep aku nggak suka." jawab Dio
"Ehm, soal Wira, kamu baik baik aja kan sama dia ?"
Lagi lagi Dio mengulang pertanyaan bodoh ini, Dio sebenarnya tidak ingin terlalu peduli akan jawaban ini, tapi sore itu menjadi terasa panjang saat Rasti menceritakan sesuatu, tentang dia dan Wira. Rasti memang sangat mencintai Wira, dan mengenal Wira dengan baik, Rasti pikir bahwa ia tetap bisa meski Wira jauh. Wira kembali pergi ke tempat kerjanya yang dulu. Dio harus kembali karena di sana ia sangat dibutuhkan. Awalnya Rasti bisa, namun semakin lama ia semakin merasa tersiksa dalam keadaan yang ia setujui sendiri. Rasti gagal menjalin hubungan dengan wira.
Sambil mendengarkan cerita Rasti, Dio berkata dalam hatinya :
"Nggak ada Ras,nggak ada orang lain, cuma aku, cuma aku yang mau melakukan semua untuk kamu. Nggak ada orang lain yang merasakan hal yang aku rasain ke kamu. Cuma aku. Aku Ras, aku !"
Mereka mungkin sama-sama bicara dalam hati saat itu, mengingat mereka berdua cukup lama diam dan melamun. Namun apakah mereka memikirkan hal yang sama, tidak satupun mengetahuinya.
Dan pembicaraan berakhir, mereka kembali ke aktivitas masing-masing.
"Oh iya Ras, kamu suka Muse kan ?" tanya Dio
"Mmm suka bangeeet, ayo dong EO kamu suruh datengin mereka."
"Tiga minggu lagi Ras, mereka manggung disini, di alun-alun ini."
"Hah, kok kamu nggak bilang-bilang sih. Aku belum gajian, aduh nabung deh nabung."
"Kalo kamu mau aku dapet free pass sih."
Rasti menerima tawaran Dio dan mereka akan bersama-sama menoton Muse, di sana, di alun-alun.
3 minggu kemudian, di alun-alun.
"Come on Ras, our time is running out." seru Dio bergegas menuju panggung
Acara meriah dan cukup ramai, mereka berteriak dan melompat sepanjang pertunjukan.
"Seruuu bangeeet, Dio makasih ya udah ngajak akuu." Rasti berteriak larut akan lagu supermassive black hole.
"Aku seneng banget, seneng banget."
"Eh udah udah, hehe. Makan yuk."
Seafood. Baru kali ini dejavu terasa begitu menyenangkan.
"Udah lama ya kita nggak makan seafood, kangen nih."
"Emang kamu belom pernah makan seafood selama sama Wira ?"
"Kamu cumi saus padang kan ?" seraya Rasti mengalihkan pembicaraan.
"Dio, mmm, mungkin nggak sih kita kaya dulu lagi ?"
Malam yang begitu diam, tenang, sunyi. Dio tak menjawab apapun. Semua tahu bahwa belum ada yang berubah dari Dio, perasaanya tetap seperti dulu terhadap Rasti. Tapi Dio takut, takut tidak bisa menjaga semua, dan kembali menjadi korban patah hati, takut menjatuhkan diri pada kegalauan lainnya, takut menjadi orang bodoh yang kembali melakukan kesalahan besar, pada saat itu seharusnya Dio tahu mana yang lebih baik. Mereka tetap berjalan bersama, meski semua tak pasti. Tapi Rasti merasa nyaman. Mereka terus bersama dari konser ke konser lainnya.
Disaat mereka selesai menonton pertunjukan musik dari band Efek Rumah Kaca, Rasti menerima telepon yang membuatnya terdiam.
"Ditelepon sama Polisi ya Ras, ko langsung diem ? Hehe."
"Wira."
Dan kini mereka berdua diam. Wira datang kembali, kali ini serius.
Sampai di rumah, Dio mengurung dirinya di kamar. Marah, kesal, sedih, semua campur aduk. "Kenapa Tuhann, kenapaaaa ?" Dio terus melakukan protes dalam hatinya. "Nggak, cukup. Cukup waktu itu kamu menang, aku nggak akan ngerelain ini lagi. Nggak akan."
Dio mendapatkan nomor telepon Wira, dan mengajak bertemu dan bicara. Mereka bicara banyak hal, bahkan sampai pada hal terkecil. "Tapi kenapaaa, kenapa lo tinggalin Rasti lagi ? Nggak bisa, lo nggak bisa rebut rasti lagi dari gue. Nggak Wira, nggak ! Gue sayang sama dia, gue bisa jaga dia." Dio geram.
"Masalahnya nggak segampang itu Dio, lo nggak tahu apa yang sebenernya terjadi antara gue sama Rasti. Asal lo tau, gue ngelakuin semua ini demi dia." jawab Wira.
Mereka terus bicara, sangat sengit. Entah apa yang dikatakan Wira sehingga Dio berangsur tenang. Semesta pada saat itu menyaksikan Dio menangis.
Malam ini Dio bertemu Rasti, mereka akan bicara banyak hal, namun Dio tak akan membicarakan soal pertemuanya dengan Wira.
"Aku kemarin ketemu Wira" ucap Rasti
"Terus ?"
"Wira ngelamar aku, dan kalau aku menerimanya, Wira akan mengajaku tinggal di London." jawab Rasti
"Terus kamu gimana ?" lanjut Rasti
"Aku ?" jawab dio
"Iya kamu, kamu bisa melakukan sesuatu Dio, cuma kamu yang akan menjadi alasan." Rasti yang kesal pada Dio.
"Aku nggak bisa Ras, Wira lebih bisa bikin kamu bahagia dibanding aku."
Bulir air turun, Rasti menangis.
"Kamu ingat Ras, cerita aku tentang senja? Kamu seperti atmosfer yang melindungi bumi sebagai hidup kamu. Wira adalah biru, warna yang frekuensinya lebih tinggi dari yang lainya. Biru adalah simbol perasaan bersalah seperti yang dilakukan Wira. Dan aku, aku adalah merah, aku adalah jingga, aku adalah kuning. Yang akan terus melewati atmosfer (kamu) dan akan membentuk rona senja. Aku hanyalah sisa, sisa dari hidup kamu. Aku harusnya tahu ini dari awal, aku harusnya tahu semua telah berakhir di hari itu. Aku tidak akan pernah bisa menyempurnakan kamu. Wira bisa. Kamu adalah pagi dan siang bagi wira. Aku hanyalah senja, yang hanya datang beberapa saat." Dio murung
"Tapi kamu bisa merubah semuanya Dio !"
"Cukup Ras, aku pikir cukup sampai disini aja. Kamu tahu aku sayang banget sama kamu, kamu tahu cuma kamu, kamu ada dalam semua jalan hidup aku. Tapi aku akan sangat-sangat berterima kasih kalau kamu terima Wira dan biarin aku sendiri, lagi."
Dan Dio kembali terjatuh pada lubang yang sama, kembali melakukan kesalahan yang sama. Kesalahan yang seharusnya sudah ia sadari sejak lama. Yang seharusnya ia tahu bahwa sulit menyusun serpihan yang dulu. Semua tidak sama lagi.
"Selama matahari tetap bersinar. Senja akan selalu merona. Dan kini kamu tahu mengapa aku tidak suka senja walaupun prosesnya indah. Dan aku tinggalkan catatan ini untuk di ingat oleh pagi."
Ya, orang yang tidak terlalu bijak bilang "Tuhan menciptakan mata di depan wajah itu agar kita tidak selalu melihat ke belakang." meski kadang indah, namun masa lalu cukup untuk dijadikan referensi saja, kita lebih baik terus menatap ke depan. Hari esok itu misterius dan bahkan lebih indah dari masa lalu yang paling indah. Masa lalu yang indah hanya membuat kita takut untuk menghadap ke muka.
wuih lanjutan trima kasih pagi seruuuuuuu
BalasHapus