Senin, 14 Februari 2011

I Love you anyway

Walking down this street. To know that im not the only one.
Feel the wind blows, through this ear, seduce me to close my eaye slowly.
And now, i feel clear enough to write this.

Im talk about love, and i close my eyes, make sure that im the only one feeling this tidal waves called love.

Let me open my eyes while begin with, to show that my love for you is not a blind thing. Remembering that im falling so deep into this kind of term.

Its been a long time ago, till i really really got you babe, i've told you about this feeling, that i want you and actually start to love you since i offered you a job to arrange my blog, to make it prettier to read. Honestly i think that im good enough as a writer, and not even need person to touch my work. But, im fall in love. And i don't know how to make you closer to me.
But, the fact is out of persfective, i got you seems far away to reach, yes and you lost, i've losted. You choose a man that i think he's strong enough to screamin 'I LOVE YOU' to your ear. Not me, even im so weak to whispered it. I saw a movie, again and again, looking for story that have simmilar to our story. I found a click movie, and i think its close to us, i saw it again and again, i hear the soundtrack, The Cranberries - Linger. "You know im such a fool for you, you got mearound your finger, do you have to let it linger" and when i saw click, and listening to it, i actually started to crying. But i know the end of the story, that love always have their own way to take someone back.

Time goes by, and im starting use to feel alone, doing my stuff, hobby, work, without anythings about you, im back to back. So loveless, the only thing i love is my job. Sometimes you crossed in my mind, but it always sweeped away with my customer complain call. Hihi

But now, something i cant believe, you are mine. Yes, you are mine. And i know, that im so so so love you, never let this feeling lost even for a claw. Honestly i never got this before, i mean you treat me so good, and im feeling good. Its a week but i feel like we are together in thousand years. I got much love from you darling. Now Im here, i was over it before, but you brought me to where i begin, and im starting loved again, and i'll remain here until the end.

Before you meet me, i was a wreck.
But things were kinda heavy.
You brought me to life, now every february you'll be my valentine.
Lets go all the way tonight.
No regrets, just love.
We can dance until we die.
You and i will be young forever.
You make me feel like living a teenage dream.
The way you turn me on, i can't sleep.
And don't ever look back don't ever look back.
My heart stops when you look at me.
Just one touch, now baby i believe.
This is real, so take a chance and don't ever look back don't ever look back. (Teenage Dream - Katy Perry )

After all i only just can say
I Love You Siti Diah Hidayanti

Senin, 27 Desember 2010

About a Boy (Tarikh Aziz)

Aku berdiri diatas tanah tertinggi, di tempat ini, dimana semua kenangan akan semua hal terekam, keceriaan, tawa, tangis, haru biru situasi terjadi. Aku melihat segala sisi berevolusi menjadi aku yang baru, perubahan yang sifatnya menyeluruh dan terjadi dalam proses yang cukup lama, proses pendewasaan terutama.

Aku baru menyadari, aku yang sekarang bukanlah aku yang dulu, hingga kini aku hanya dapat menghitung segala kesalahanku yang dulu. tak terhitung. Dahulu aku hanya anak kecil, yang dipandang sebelah mata, bahkan sampai usia menginjak !7 tahun. Aku hanyalah anak kecil yang tidak pantas berdiri tegak ditengah kerumunan, berbicara hanya untuk ingin didengar, untuk selanjutnya memang sama sekali tidak didengar.

Aku bahakan tidak bisa menarik perhatian agar aku dapat diperhitungkan, dan dilihat. Tapi ini lah yang sebenarnya tak mereka sadari ...

Bahkan yang menyadaripun, tidak benar-benar menyadari, menganggap aku hanyalah anak biasa dan tak punya satu hal pun yang dapat dibanggakan. Dalam fase ini aku mendapati banyak rintangan, aku melihat mereka yang (sudah) sukses bahkan mendorongku untuk menjadi mereka, mencoba menjadikanku orang lain, yang sama sekali bukan aku. aku bahkan mencium aroma bahwa mereka hanya ingin menggiring aku untuk menjadi diri mereka, sayang orang seperti itu kurang bijak, namun itu akan membuatku makin bijak,pikirankupun terbuka.

Aku pikir aku akan tetap menjadui aku, ataupun aku yang akan datang..
Akupun hanya mencoba untuk menjadi diri sendiri, mengahadapi dunia engan caraku sendiri.

Dengan harapan,
Saat nanti bintangku akan bersinar terang, akan kutunjukan pada dunia siapa aku dan kemampuan yang aku miliki, dankemudian aku akan menjadi seseorang yang kamu, kalian, anda kagumi.

Dan menunjukan pada kalian betapa pentingnya menjadi diri sendiri.

Rabu, 29 September 2010

Senja

“When we feel that love is not fair, when everything seems like failure scene and our do didn’t work. Oh this is the hardest part of our life. They always tell me this is the worlds end. Well the sun is always rise everyday, it’s always a brand new day, no one knows what could happen. And it’s not the worlds end, but new world just begin. It don’t give me a reason to stop, it’s reason me to try harder. Go, go, go." Dio.

"Sekarang apa lagi ya ?" ucap Dio
Di pagi hari, Mengawali hari ini, sambil menyudahi mengikat tali sepatunya, sambil tersenyum dan berkata "Terima kasih Pagi". Dio beranjak menuju kampusnya. Kini sudah semester 6. Dio mulai disibuki dengan kegiatan-kegiatan kampusnya, Dio juga sekarang mulai bekerja di sebuah Event Organiser yang sering mengadakan konser musisi dunia.

"Pagi, pagi, pagi. Hari ini nggak ada yang ulang tahun, tapi hari terus berganti. Paling nggak selalu ada hari baru." ucap Dio dalam hati.

Sore menjelang. Setelah kuliah, Dio langsung pergi ke tempat kerjanya. Dio masuk kerja disore hari, disaat semua selesai, justru ia baru memulainya. Creative PR adalah jabatan yang diembannya, tugasnya adalah sebagai publisher setiap kegiatan yang akan diselenggarakan. Melalui media internet. Saat ini Dio sedang sibuk mempublikasikan kedatangan bintang pop asal kanada, Martin Somber.

"Heran deh, apa coba bagusnya tuh si Martin, sampe tiket aja baru 2 hari release udah sold out." ketus Dio

"Ya mau gimana lagi fansnya banyak disini, liat aja nanti berapa cewek pulang nonton konser dia tanpa BH, gara-gara BH-nya dilemparin ke atas panggung." sahut temannya

"Hahaha, kacau ya."

Konserpun berjalan sukses dan meriah, semua penonton berteriak histeris dan senang.

Dio kini menjadi orang yang sangat sibuk, dia hanya menghabiskan beberapa jam saja di rumah.

"Kamu sekarang kurusan, dekil lagi, jangan terlalu sibuk sama kerjaan kamu, jaga kesehatan kamu." ucap mama Dio

"Iya ma, aku berangkat ya." Dio menjawab

Kadang Dio berpikir bahwa ia memang terlalu sibuk dengan kegiatannya ini, kadang ia tahu jika ia butuh istirahat namun tak dilakukanya. Ia hanya tidak mau waktu menjadi luang dan bayangan tentang hal yang lalu kembali datang. Dan jika bayangan itu datang, ia hanya mampu berkata dalam hati.

"Ayolah Dio, dia udah bahagia disana, dia udah bahagia sama orang yang dia pilih, Tuhan menciptakan mata di depan muka agar kita tak melihat kebelakang kan, iya kan ?"

Meski Dio sudah merelakan Rasti pergi, namun kadang Dio mengalami hal seperti dejavu, hal-hal indah bersama Rasti kadang sering melintasi pikiran Dio, kadang ada perasaan sayang dalam hatinya mengapa semua itu harus berujung. Yang membuat Dio takut melihat masa depannya, karena membayangkan masa lalu yang begitu indah baginya.

Esok hari, Dio selalu bertemu dengan esok hari, saat sore tiba, awan terlihat memerah, Dio sudah berada di tempat kerjanya, saat sedang melakukan browsing myspace ia "mampir" ke myspace Franz Ferdinand, dan terkejut saat melihat tulisan "We ever heard about indonesia, and we think it’s amazing to rock on their stage"

Hal pertama yang dipikirkan adalah mereka pasti datang ke indonesia, pasti. Hal itupun mulai dirapatkan dan kemudian menghasilkan keputusan untuk mendatangkan Franz Ferdinand. Yeah yeah yeahss !

Dan mereka pun akhirnya mau datang ke Indonesia. Dio mulai disibukan, 2 minggu untuk melakukan publikasi. Kali ini Dio sangat semangat, karena inilah yang ia tunggu-tunggu selama ini. Dan inilah hal yang dulu menyatukanya dengan.... Ya Rasti. Dio seminggu tak kuliah karena sangat sibuk dengan ini.

Publikasi selesai, besok mereka pentas.

On Stage.
"Good evening Jakarta" sambut sang vokalis. Panggung gemuruh saat mereka menyanyikan lagu "Do you wanna ?" mereka tanpa henti membuat panggung gemuruh, hingga pada akhirnya mereka membawakan lagu penutup mereka. "Tell her tonight"

I only watched her walk, but she saw it. Heard hear talk, but she saw it. Touched her hips but she saw it. Gonna have to tell her tonight.

Lagu yang terus Dio dengarkan saat ingin menyatakan cinta pada Rasti.

Acara pun selesai.
"Dioooo" sahut seorang wanita
"Dio, kamu nonton juga ?"
"Rasti...... Nggak nyangka kamu di sini ?”
"Nggak mungkin aku nggak nonton, kamu sendiri aja ?"
"Iya sendiri, aku kerja di sini, aku kerja di EO yang bikin acara ini, Wira mana ?"
"Waaahhh, hebat banget, kerja kamu bikin mimpi kamu jadi kenyataan ya, aku sendiri ke sini. Oh iya, aku belum minta maaf sama kamu."
"Kenapa sendiri ? Minta maaf apa ?"
"Wira nggak suka acara ini, aku mau minta maaf soal Wira."
"Hmmm, aku udah lupain ko."

"Ehh kamu bahagia kan, sama Wira ?"

Pertanyaan yang sungguh sangat bodoh, sangat bodoh, sangat bodoh. Rasti cerita soal Wira, dan Rasti cerita betapa bahagianya dia dengan Wira. Yap, Rasti tidak pernah bercerita, dan sekalinya bercerita, Rasti bercerita hal yang sesungguhnya tak ingin Dio dengar.

"Kamu dapet merchandise nggak dari FF ? Aku mau dong, kalo masih ada itu juga, hehe"

"Ehh ada kok, tapi nanti seminggu lagi baru jadi, nanti aku kasih ke kamu deh, aku mau ke sana dulu ya Ras, mau briefing."

"Ya udah aku juga mau pulang sekalian, jangan lupa ya merchandisenya."

Jika kita mau berusaha dan melakukanya dengan serius, Tuhan tidak hanya akan memberikan jalan, tapi juga akan menerangi jalan kita. Konser berjalan sukses. Suatu waktu kita pernah merasa bahwa apa yang kita inginkan itu tidak selalu apa yang kita butuhkan. Seperti pertemuanya dengan Rasti.

Dio sudah mendapatkan merchandise dari Franz Ferdinand, kaos bertuliskan "Tell her tonight". Dio sebenarnya tak ingin bertemu Rasti, tapi ia sudah janji. Dan mereka akan bertemu di alun-alun. Tidak untuk makan seafood, tapi hanya sekedar minum kopi dan memberikan merchandise itu.

"Dio, tumben kamu yang dateng duluan, maaf ya aku telat, jam pulang kerja sih." sapa Rasti

"Iya aku sekalian mau berangkat kerja juga, kebetulan kuliah pulang cepet." jawab Dio

"Ini merchandisenya kaos, mudah-mudahan ukuranya pas."

"Wah bagus banget, makasih ya Dio, kopinya aku yang traktir yah."

"Kamu belum pernah nih sebelumnya ngajak aku jalan sore-sore gini, kamu kan paling nggak kuat lihat langit senja yang jingga ini, katanya suka langsung pusing."

"Iya sih, ada beberapa hal yang bikin aku nggak suka sama rona senja, sebutanya rona senja ras..hehe"

"Oh, namanya rona senja ya ? Kenapa ya warna awanya itu jingga kalo sore, kamu tahu ?"

"Tahu, jadi gini. Di siang hari cahaya matahari yang warnanya putih itu melewati atmosfer, terus cahaya putih itu berhamburan jadi beberapa warna. Hijau, ungu, biru, merah, jingga dan kuning. Nah, warna hijau, ungu dan biru yang frekuensinya lebih banyak dari warna merah, jingga sama kuning berhamburan dan membentuk warna biru terang pada langit di siang hari. Nah apa yang terjadi pada langit di sore hari ? Warna-warna sisa yang tidak banyak terhambur pada siang hari seperti merah, jingga dan kuning terus bergerak lurus melewati atmosfer dan warna sisa itu membaur dan membuat awan berwarna kemerahan yang merupakan percampuran warna merah, kuning, dan jingga. Mereka sebut itu rona senja."

"Selalu ada hal yang bisa aku kagumi dari kamu, Dio." ucap Rasti

"Di bulan dan di planet yang tidak beratmosfer, cahaya matahari nggak dihamburkan, jadi langit akan selalu gelap walau disiang hari."

"Kamu tahu ini semua dari mana ? Tanya Rasti.

"Aku awalnya cuma pengen tahu rona senja, aku dapet di planetarium, prosesnya indah, tapi tetep aku nggak suka." jawab Dio

"Ehm, soal Wira, kamu baik baik aja kan sama dia ?"
Lagi lagi Dio mengulang pertanyaan bodoh ini, Dio sebenarnya tidak ingin terlalu peduli akan jawaban ini, tapi sore itu menjadi terasa panjang saat Rasti menceritakan sesuatu, tentang dia dan Wira. Rasti memang sangat mencintai Wira, dan mengenal Wira dengan baik, Rasti pikir bahwa ia tetap bisa meski Wira jauh. Wira kembali pergi ke tempat kerjanya yang dulu. Dio harus kembali karena di sana ia sangat dibutuhkan. Awalnya Rasti bisa, namun semakin lama ia semakin merasa tersiksa dalam keadaan yang ia setujui sendiri. Rasti gagal menjalin hubungan dengan wira.

Sambil mendengarkan cerita Rasti, Dio berkata dalam hatinya :

"Nggak ada Ras,nggak ada orang lain, cuma aku, cuma aku yang mau melakukan semua untuk kamu. Nggak ada orang lain yang merasakan hal yang aku rasain ke kamu. Cuma aku. Aku Ras, aku !"

Mereka mungkin sama-sama bicara dalam hati saat itu, mengingat mereka berdua cukup lama diam dan melamun. Namun apakah mereka memikirkan hal yang sama, tidak satupun mengetahuinya.

Dan pembicaraan berakhir, mereka kembali ke aktivitas masing-masing.

"Oh iya Ras, kamu suka Muse kan ?" tanya Dio
"Mmm suka bangeeet, ayo dong EO kamu suruh datengin mereka."
"Tiga minggu lagi Ras, mereka manggung disini, di alun-alun ini."
"Hah, kok kamu nggak bilang-bilang sih. Aku belum gajian, aduh nabung deh nabung."
"Kalo kamu mau aku dapet free pass sih."

Rasti menerima tawaran Dio dan mereka akan bersama-sama menoton Muse, di sana, di alun-alun.

3 minggu kemudian, di alun-alun.

"Come on Ras, our time is running out." seru Dio bergegas menuju panggung

Acara meriah dan cukup ramai, mereka berteriak dan melompat sepanjang pertunjukan.

"Seruuu bangeeet, Dio makasih ya udah ngajak akuu." Rasti berteriak larut akan lagu supermassive black hole.

"Aku seneng banget, seneng banget."
"Eh udah udah, hehe. Makan yuk."

Seafood. Baru kali ini dejavu terasa begitu menyenangkan.

"Udah lama ya kita nggak makan seafood, kangen nih."
"Emang kamu belom pernah makan seafood selama sama Wira ?"
"Kamu cumi saus padang kan ?" seraya Rasti mengalihkan pembicaraan.
"Dio, mmm, mungkin nggak sih kita kaya dulu lagi ?"

Malam yang begitu diam, tenang, sunyi. Dio tak menjawab apapun. Semua tahu bahwa belum ada yang berubah dari Dio, perasaanya tetap seperti dulu terhadap Rasti. Tapi Dio takut, takut tidak bisa menjaga semua, dan kembali menjadi korban patah hati, takut menjatuhkan diri pada kegalauan lainnya, takut menjadi orang bodoh yang kembali melakukan kesalahan besar, pada saat itu seharusnya Dio tahu mana yang lebih baik. Mereka tetap berjalan bersama, meski semua tak pasti. Tapi Rasti merasa nyaman. Mereka terus bersama dari konser ke konser lainnya.

Disaat mereka selesai menonton pertunjukan musik dari band Efek Rumah Kaca, Rasti menerima telepon yang membuatnya terdiam.

"Ditelepon sama Polisi ya Ras, ko langsung diem ? Hehe."
"Wira."

Dan kini mereka berdua diam. Wira datang kembali, kali ini serius.

Sampai di rumah, Dio mengurung dirinya di kamar. Marah, kesal, sedih, semua campur aduk. "Kenapa Tuhann, kenapaaaa ?" Dio terus melakukan protes dalam hatinya. "Nggak, cukup. Cukup waktu itu kamu menang, aku nggak akan ngerelain ini lagi. Nggak akan."

Dio mendapatkan nomor telepon Wira, dan mengajak bertemu dan bicara. Mereka bicara banyak hal, bahkan sampai pada hal terkecil. "Tapi kenapaaa, kenapa lo tinggalin Rasti lagi ? Nggak bisa, lo nggak bisa rebut rasti lagi dari gue. Nggak Wira, nggak ! Gue sayang sama dia, gue bisa jaga dia." Dio geram.

"Masalahnya nggak segampang itu Dio, lo nggak tahu apa yang sebenernya terjadi antara gue sama Rasti. Asal lo tau, gue ngelakuin semua ini demi dia." jawab Wira.
Mereka terus bicara, sangat sengit. Entah apa yang dikatakan Wira sehingga Dio berangsur tenang. Semesta pada saat itu menyaksikan Dio menangis.

Malam ini Dio bertemu Rasti, mereka akan bicara banyak hal, namun Dio tak akan membicarakan soal pertemuanya dengan Wira.

"Aku kemarin ketemu Wira" ucap Rasti
"Terus ?"
"Wira ngelamar aku, dan kalau aku menerimanya, Wira akan mengajaku tinggal di London." jawab Rasti
"Terus kamu gimana ?" lanjut Rasti
"Aku ?" jawab dio
"Iya kamu, kamu bisa melakukan sesuatu Dio, cuma kamu yang akan menjadi alasan." Rasti yang kesal pada Dio.
"Aku nggak bisa Ras, Wira lebih bisa bikin kamu bahagia dibanding aku."

Bulir air turun, Rasti menangis.

"Kamu ingat Ras, cerita aku tentang senja? Kamu seperti atmosfer yang melindungi bumi sebagai hidup kamu. Wira adalah biru, warna yang frekuensinya lebih tinggi dari yang lainya. Biru adalah simbol perasaan bersalah seperti yang dilakukan Wira. Dan aku, aku adalah merah, aku adalah jingga, aku adalah kuning. Yang akan terus melewati atmosfer (kamu) dan akan membentuk rona senja. Aku hanyalah sisa, sisa dari hidup kamu. Aku harusnya tahu ini dari awal, aku harusnya tahu semua telah berakhir di hari itu. Aku tidak akan pernah bisa menyempurnakan kamu. Wira bisa. Kamu adalah pagi dan siang bagi wira. Aku hanyalah senja, yang hanya datang beberapa saat." Dio murung

"Tapi kamu bisa merubah semuanya Dio !"

"Cukup Ras, aku pikir cukup sampai disini aja. Kamu tahu aku sayang banget sama kamu, kamu tahu cuma kamu, kamu ada dalam semua jalan hidup aku. Tapi aku akan sangat-sangat berterima kasih kalau kamu terima Wira dan biarin aku sendiri, lagi."

Dan Dio kembali terjatuh pada lubang yang sama, kembali melakukan kesalahan yang sama. Kesalahan yang seharusnya sudah ia sadari sejak lama. Yang seharusnya ia tahu bahwa sulit menyusun serpihan yang dulu. Semua tidak sama lagi.

"Selama matahari tetap bersinar. Senja akan selalu merona. Dan kini kamu tahu mengapa aku tidak suka senja walaupun prosesnya indah. Dan aku tinggalkan catatan ini untuk di ingat oleh pagi."


Ya, orang yang tidak terlalu bijak bilang "Tuhan menciptakan mata di depan wajah itu agar kita tidak selalu melihat ke belakang." meski kadang indah, namun masa lalu cukup untuk dijadikan referensi saja, kita lebih baik terus menatap ke depan. Hari esok itu misterius dan bahkan lebih indah dari masa lalu yang paling indah. Masa lalu yang indah hanya membuat kita takut untuk menghadap ke muka.

Jumat, 06 Agustus 2010

Cerpen : Terimakasih Pagi

Langit masih biru ketika si pria berjalan dengan mata basah dan pipi merah sembab. Terlihat lusuh dan lesu. Namun raut wajahnya masih dapat memberikan senyum dan tampak tenang. Meski semesta berkata “He wasn’t oke !”. Dia tidak begitu mahir dalam membohongi dirinya bahwa ia sedang bersedih. Tapi kali ini dia dapat membohongi semesta dan berkata “I’m doing fine” dan dia terus berjalan meski lunta. Seperti hendak terjatuh dan terus mencari pegangan.

Sebelumnya.

Dio adalah seorang pria muda dengan beberapa hal potensial yang melekat pada dirinya. Seorang yang ambisius. Dio mencintai seorang wanita yang sangat berbeda denganya. Rasti, wanita yang begitu realistis, kuat, dan kadang bersifat moody. Rasti selalu dapat menyadarkan Dio atas ambisinya yang “Invincible” itu. Rasti berperan sebagai “Quality control” bagi ambisi-ambisi Dio, sehingga dio pun dapat terus bermimpi dan berambisi dengan realistis.
Kisah mereka diawali saat mereka bertemu di bangku kuliah, mereka bertemu disuatu festival yang diadakan di kampus Dio. Saat itu Dio sangat dingin, saat berkenalanpun hanya beberapa patah kata dikeluarkanya, disaat Rasti bertanya, dio hanya berkata seadanya.
Rasti, yang sangat memiliki ketertarikan pada musik saat itu hanya dapat bertanya tentang festival itu pada Dio. Diopun sebenarnya memiliki kapasitas yang baik untuk menjelaskanya pada Rasti. Namun, Dio menganggap Rasti hanyalah wanita yang hanya ingin tahu yang sebenarnya dia sudah tahu, sehingga dia berpikir tidak harus memberitahunya lagi.



Rasti : “Band ini kok sepintas gue denger kaya Keane ya ?”
Dio : “Hah, ya enggalah jauh”
Rasti : “Eh eh engga deh, maksud gue tuh kaya Franz Ferdinand gitu, iya gak sih ?”
Dio : “He euh, lebih kesitu sih, itu tau”
Rasti : “Iya, gw suka franz Ferdinand soalnya, jadi keinget dengerin mereka”
Dio : “Hmm, lo suka Franz Ferdinand ? sama dong, suka sama Franz Ferdinand di album yang mana ?”


Pembicaraan terus berlanjut dan tanpa terasa sudah 4 jam dan acara selesai dan mereka hanya membicarakan Franz Ferdinand, suasana yang cukup hangat dimalam itu.
Dan pembicaraan terus dilanjutkan, mereka jadi sering bersama, mereka bicara soal banyak hal mulai dari Franz Ferdinand, Matt Helder, Inggris. Mereka sepakat dalam segala hal, kecuali tentang sudut pandang mereka tentang hidup.
Mereka sering baku hantam kata jika membahas tentang kehidupan. Mereka memiliki mimpi dan angan yang sama tentang hidup. Namun, Rasti selalu menyanggah pernyataan Dio yang sangat optimis namun terlalu general dan “gak mungkin”. Dio kadang kesal, namun dia butuh 5-10 menit berpikir untuk menyadari bahwa apa yang dikatakan Rasti adalah benar. Dan saat itu Dio sadar, bahwa Rastilah wanita yang selama ini ingin ia temui.
Suatu malam mereka berdua berjalan ke pusat kota sekedar untuk mencari makan malam, mereka menuju alun-alun dan makan sate sambil menikmati keberagaman kegiatan masyarakat kota dimalam hari.
Dio : “Tau gak sih, tempat ini adalah satu-satunya tempat paling jujur yang ada di kota ini”
Rasti : “Hmm, iya jujur banget, semua bebas berekspresi, liat tuh banci, mereka bisa segitu akrabnya sama anak jalanan, sama orang lain tanpa ngasih jarak, coba kalo di tempat yang lain, orang-orang itu sibuk menghindari banci dan membohongi diri karena takut di cap negatif oleh masyarakat karena gaul sama banci.”
Dio : “Hehehe, kritis”
Rasti : “Satenya pedes, hehehe”

Di ujung telepon.

Dio : “Ras, lagi dimana ?”
Rasti : “Di kantor, ada apa ?”
Dio : “Ke pasar festival yu, ada Mocca disana, kalo mau, pulang kerja gue jemput.”
Rasti : “Oh, oke deh, gimana kalo kita ketemu di sana aja, kantor gue kan deket dari sana.”
Dio : “Oke, ketemu di sana jam 7 yah.”
Rasti : “Oke.”

Pasar Festival

Dio : “Hei Ras, udah lama belom, gue kejebak macet.”
Rasti : “Gak kok, gue aja baru datang, udah kelewat satu lagu tuh.”
Dio : “Yaaah, gak apa-apa deh baru satu lagu.”

Kini hampir setiap hari mereka berkomunikasi, mereka sering beraktivitas bersama, diluar jam kerja Rasti dan jam kuliah Dio. Tak disangka orang sedingin Dio dapat begitu hangat pada Rasti. Dio menyadari hal ini, diapun sudah menyadari bahwa inilah waktunya, waktunya untuk hatinya berbicara lebih banyak.

Diujung Telepon.

Rasti : “Halo Dio, nanti malem ada acara ga ?”
Dio : “Eehh, ga ada, kenapa Ras ?”
Rasti : “Bisa jemput gue ga ? gue lembur hari ini, pulangnya malem banget.”
Dio : “Oh iya, bisa kok bisa, sekalian makan malem aja gimana ?”
Rasti : “Oke, nanti dihubungi lagi yah.”

Yap. Kebetulan inilah saatnya Dio untuk menyatakanya. Tidak ada alasan lagi untuk Dio membuang waktu dan membohongi diri bahwa Dio menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar keakraban pertemanan. Dio berharap dapat menemukan kata untuk diucapkan kepada Rasti.

Di warung seafood.

Rasti : “Eh, Dio. Kenapa sih kalo makan seafood pesenya cumi saus padang melulu ? emang ga bosen ?”
Dio : “Ehem, gak lah, seafood yang gue suka ya cuma cumi ini, jadi ya cuma ini yang gue pesen, konserfativ, hehe.”
Rasti : “Yaoloh, hehe.”
Dio : “Mmmmm, kenyang Ras, pedes euy.”
Rasti : "Ho'oh nih, enak tapi.”
Dio : “Ras, kita jalan ke Alun-alun dulu yuk, cari angin.”
Rasti : “Oke, dicari aja yah anginya, jangan dibawa pulang, hehe.”

Sambil berjalan di Alun-alun.

Dio : “Ras ?......”
Rasti : “Kenapa ?”
Dio : “Jhon Lennon itu orang yang prinsipil loh, tapi sifatnya yang sekeras batu karang itu, bisa gampang luluh sama Yoko Ono, dan akhirnya mereka jadi pasangan paling gila yang pernah gue tau.”
Rasti : “Iya, udah tau, lo kan sering cerita itu ke gue, malah kita udah nonton filmnya.”
Dio : “Ohh, emang iya yah ? hehehe.’
Rasti : “Iyaa, Dioooo.”
Dio : “Ada sih yang lo belom tau, dan mesti gue kasih tau.”
Rasti : “Apa tuh ?”
Dio : “I LOVE YOU.”
Rasti : “-------------------“
Dio : “Ada gak sih yang gue belom tau dari lo, Ras ?”
Rasti : “I LOVE YOU TOO.”

Kadang proses yang rumit hanya menghasilkan hasil yang simple, mereka jadian.

Sejak itu tidak ada lagi, keakraban pertemanan diantara mereka. “It’s been left and the wall was breaking”. Mereka jadi lebih intim dalam mendiskusikan sesuatu, lebih terbuka tanpa harus takut salah ucap.

Di Alun-alun.

Rasti : “Film Knowing yang kemarin kita tonton cukup mengharukan ya, deeply touch.”
Dio : “Iya, Nicholas Cage did it perfect.”
Rasti : “Jadi inget papa di rumah, haha”
Dio : “Aku lebih suka Mel Gibson tapi.”
Rasti : “Iya, dia juga keren, jadi inget film The Patriot. Ada adegan saat Mel Gibson bilang gini
–ini adalah Bintang Utara, dia tidak pernah beranjak dari tempatnya, apapun yang terjadi, nelayan sering menjadikanya patokan untuk menentukan arah angin disaat mereka pulang melaut-.”
Dio : “Aku lihat Bintang Utara, di depan mata aku, sekarang. Dan dia juga gak pernah beranjak dari tempatnya. Dia terus menerangi jalan aku disetiap awal yang ingin aku mulai.”

They Kissed.

Dua setengah bulan mereka telah menjalani hubungan pacaran, tanpa ada hambatan yang berarti. Namun Dio lupa sesuatu, dia tidak mengetahui Rasti lebih dalam. Selama ini Rasti hanyalah pendengar yang baik dalam mendengarkan cerita-cerita dio. Rasti bukan pencerita yang ulung.
Rasti adalah orang yang cukup misterius dan Dio tidak menyadari itu, selama ini Dio merasa nyaman karena Rasti selalu mau mendengarkan ceritanya, tanpa berpikir bahwa kadang-kadang dia butuh tau tentang Rasti.

Sebelumnya di warung seafood pinggir jalan.

“It’s cumi saus padang time.” Seru Dio
Dio : “Bang, cumi saus padang satu, cah kangkung satu, kamu apa Ras ?”
Rasti : “Aku mau udang saus tiram.”
Abang seafood : “Maaf mas, cuminya habis, mungkin bisa pesan yang lain ?”
Dio : “Yaaahhh, ayam deh.”
Abang seafood : “Habis juga mas, tinggal udang saja.”
Rasti : “-------------------------------“
Dio : “Yah, kita gak jadi order deh mas, kita cari tempat lain aja deh.”
Abang seafood : “Mmm baik, terima kasih mas.”

Merekapun pergi keluar tempat itu, padahal Rasti sudah sangat lapar dan lelah setelah pulang kerja. Dan Rastipun sudah cukup lelah untuk mencari tempat makan lainya.

Rasti : “Aku lapar tau, aku udah ga kuat nih.”
Dio : “Sabar yah, kita cari tempat seafood yang lain.”

Setelah 30 menit berputar-putar, mereka tidak menemukan warung seafood yang dicari.

Dio : “Yah, ini warung seafood pada kemana yah, kok tumben pada gak ada, kita makan yang lain aja gimana ? (selain seafood).”
Rasti : “Kenapa kita gak balik ke tempat tadi aja ? Kamu kan bisa cari makan di tempat sebelahnya”
Dio : “Ah, gak deh, kita makan sate aja yuk, tuh ada.”
Rasti : “Gak usah deh, anter aku pulang aja, aku makan di rumah aja.” Rasti kesal.
Dio : “------------------------“

Dio mengantar Rasti pulang ke rumah, Rasti tetap kesal, dan mereka sampai.

Dio : “Maafin aku Ras.”
Rasti : “Ya udah kamu pulang aja, jangan tidur malam-malam.”

Setelah itu mereka sedikit merenggang, intensitas komunikasi diantara mereka sedikit berkurang. Dio mulai sibuk karena sudah memasuki masa ujian di kampus, sedangkan Rasti juga sibuk dengan pekerjaanya. Mereka hanya dapat berkomunikasi melalui pesan singkat.
Hingga pada akhirnya semesta bekerja sama mempertemukan kembali Rasti dengan seseorang yang pernah sangat berarti baginya dimasa lalu. Hanya karena sesuatu hal yang menyebabkan mereka harus berpisah. Dia bertemu denga Wira.
Mereka dipertemukan disebuah cafe dimana Rasti sedang melepas lelah sendiri seusai pulang kantor dan menunggu dijemput pulang oleh adiknya, sedangkan Wira sedang menghadiri acara ulang tahun temanya di tempat yang sama.

Wira : “Rasti……kan ?”
Rasti : “Wiraaa, kamu ?” Rasti shock.
Sempat hening.
Wira : “Gimana kabarmu Ras ?”
Rasti : “Aku mimpi gak sih ?................ Kamu tanya seolah semuanya baik-baik aja ya ! Kamu kemana, pergi gitu aja, sekarang udah lama pergi, sekalinnya ketemu seolah gak ada apa-apa."
Wira : “Mmm, sebelumnya maafin aku Ras, waktu itu keadaanya begitu mendadak dan memaksa aku untuk pergi.”
Rasti : “Kan bisa telepon, sms, atau apa gitu.”

Wira adalah pacar Rasti sebelum berpacaran dengan Dio, mereka berpisah tanpa sepatah kata terucap, Wira pergi begitu saja meninggalkan Rasti, sebelumnya mereka berpacaran begitu lama, bahkan yang terlama dari yang pernah mereka alami. Di Café itu Wira bercerita tentang kepergianya, saat itu Wira terpaksa pergi meninggalkan Rasti dikarenakan wira harus menggantikan posisi ayahnya yang bekerja disebuah daerah terluar di Indonesia sebagai konsultan perminyakan, Wira terpaksa menggantikan posisi ayahnya yang sakit keras, Wira juga seorang sarjana perminyakan, dan Wira sebagai anak tertua mau tidak mau harus melanjutkan pekerjaan ayahnya. Dan kini ia telah selesai dan kembali ke kota kelahiranya.
Begitulah cerita bergulir tanpa sadar mereka sudah 3 jam mengobrol. Banyak hal dibicarakan, termasuk mengenang hal-hal indah yang pernah mereka alami semasa dulu.
Pertemuan ini membuat mereka semakin dekat dan hangat kembali, Wira seperti mengisi kekosongan yang sementara ditinggal Dio. Kini Wira dan Rasti sering menghabiskan waktu bersama, Rasti semakin sulit dihubungi oleh Dio, Dio sebentar lagi akan menyelesaikan ujianya.
Sementara itu Wira ternyata masih memendam dan menyimpan perasaanya semua untuk Rasti, Rastipun begitu namun mereka tidak saling menunjukan.

Wira : “Aku masih pake belt yang kamu kasih sampai sekarang, Ras.”
Rasti : “Hah ? kok masih dipake, udah jelek gitu beltnya, udah harus ganti tuh.”
Setengah terkaget, namun Rasti tersenyum.
Wira : “Aku cuma gak mau menghilangkan sedikitpun jejak yang pernah kamu tinggalin Ras, karena kita belum berakhir kan ?
Rasti : “………..”
Wira : “Aku udah selesai Ras, aku gak akan pergi lagi, aku aka ada disini untuk kamu selamanya.”

Ya, walaupun Rasti hanya bisa terdiam, tidak berarti segampang itu, dan sesimple itu, mungkin akan mudah jika saat ini Rasti sedang sendiri, tapi saat ini Rasti milik Dio.
Rasti tidak tahu harus bagaimana, namun dapat diakui Wira adalah sosok yang Rasti inginkan, dan belum ada yang dapat menggantikanya, bahkan Dio sekalipun. Dio sosok seorang lelaki dewasa yang dapat membuat Rasti semangat, dan Wira adalah panutan bagi Rasti. Sedangkan Dio, Dio itu pintar, Dio seorang pencinta yang baik, namun selama berhubungan dengan Dio, Rasti merasa sedang berkompetisi dengan Dio. Dan kadang Dio selalu merasa semua baik-baik saja padahal itu karena Rasti terpaksa selalu mengalah.
Entah apa yang dipikirkan Rasti saat itu, Rasti hanya mengangguk dan itu mengartikan “iya” pada Wira.

Rasti menelepon Dio.

Rasti : “Halo……. Kamu lagi dimana sekarang ?”
Dio : “Eh, aku baru pulang nih akhirnya ujian aku selesai juga.”
Rasti : “Mudah-mudahan hasilnya bagus yah, ketemu yuk besok.”
Dio : “Baru aku mau bilang, ya udah besok kita ketemu yah.”

Seperti biasa, mereka bertemu di alun-alun tempat favorit mereka. Dio banyak bercerita tentang ujianya kepada Rasti. Rasti kurang menanggapi apa yang dibicarakan Dio. Dan malam terlewatkan begitu saja. Dio sedikit merasa aneh dengan sikap Rasti itu. Tapi dia menganggap biasa saja, Dio berpikir itu wajar saja karena mereka cukup lama tidak bertemu.

Suatu hari Dio pergi ke rumah Rasti, Rasti tidak ada di rumah, Dio hanya mengobrol dengan ibunya, Dio terkaget saat ibu Rasti membicarakan soal Wira.

Akhirnya hasil ujian Dio sudah bisa dilihat hasilnya. Bagus, Dio ingin memberikan kejutan pada Rasti. Dio pergi ke rumah Rasti tanpa memberitahukanya terlebih dahulu.
Di malam itu hujan yang turun cukup deras, namun Dio tetap melewati hujan itu. Hasil ujian Dio tetap dilindungi dibalik jaketnya.
Dio sumringah saat itu, dan ketika ia berada di tikungan gang terakhir menuju rumah Rasti yang sudah terlihat. Kejutan untuk Dio, Dio melihat Rasti tapi ia tidak sendiri, ada pria di hadapanya. Mereka saling menatap penuh arti. Pria itu lalu memeluk Rasti dan kemudian mengecup keningnya, Rasti terlihat sangat bahagia dalam tatapanya itu.
Tidak ada lagi yang dapat dilakukan Dio saat itu, yang diceritakan ibu Rasti ternyata benar. Dio memilih untuk langsung pulang, memendam rasa sakit yang cukup dalam, tiap butir air hujan yang mengenai tubuhnya terasa seperti belati yang seakan menusuk dan sambil menertawainya.
Dio sampai di rumah dengan sangat murung tatapanya begitu kosong ruang kamarnya yang berada di lantai 2 terasa begitu sempit.
Lalu dia membuka pintu kamarnya untuk kemudian setengah tubuhnya dihadapkan terlentang ke beranda luar dan menatap ke langit. Entah mengapa saat itu Dio tidak dapat mengatakan sepatah katapun. Diopun tertidur malam itu.
Ditengah malam dia terbangun, dengan kondisi masih basah kuyup, entah mengapa Dio tidak ingin sama sekali beranjak dari tempatnya berbaring, melamun, murung, melankolis, kosong.
Sementara itu dia kembali pada ingatanya, saat-saat dimana Rasti kembali membangkitkan gairah hidupnya, mewarnai hari-harinya, terlihat saat dimana mereka berjalan di alun-alun kota, bercerita, berburu seafood. Saat dimana Rasti hanya sempat bercerita tentang bintang utara.
Tapi semua seperti sudah berakhir beberapa jam lalu, kadang Dio berpikir, bahwa kebahagiaan dan kesedihan datang dalam waktu yang hampir bersamaan. “Mau gimana lagi” bisik hati Dio.
Mungkin salah Dio yang selama ini selalu melewatkan waktu dimana harusnya Rasti bercerita, yang dia tahu hanyalah Rasti mencintainya dengan filosofi Bintang Utara.
Mungkin bukan saatnya untuk Dio dan Rasti bersama.
Atau mungkin Bintang Utara sudah tidak lagi terlihat.
Dio kembali tertidur.
Di pagi hari, Dio terbangun dia terbangunkan oleh cahaya matahari pagi, pagi yang begitu cerah, hangat, semesta kembali menyapa Dio dari dinginya malam kemarin. sekarang Dio mengerti mengapa banyak orang begitu menantikan pagi, semesta masih punya tempat untuk memberikan kehangatan bagaimanapun keadaan kita, dimanapun kita. Pagi sudah menyadarkan Dio dari malam yang baru saja dilewatinya, Dio dapat mengerti mengapa Rasti memilih untuk pergi, Dio dapat mengerti bahwa dirinyalah yang harus pergi.
Dan Rasti.
Dia tetap menjadi Bintang Utara bagi Dio, dia tetap menunjukan sinarnya pada Dio, dan menunjukan kemana Dio harus pergi, Bintang itu telah menunjukan Dioarah untuk pergi.
Dio Tersenyum.

Kamis, 15 Juli 2010

something new

hhhuuuuuuuuuaaaaaaaahhhhh semester empat seleai dengan cukup memuaskan IP gw naik euy, lumayan lah buat bikin papa-mama seneng ngeliat hasilnya.

Apa aja yah yang udah gw lakuin selama satu semester ini ? ga ngapa-ngpain sih cuma kuliah doang..hhhee sekarang gw baru punya waktu luang untuk menulis seuatu di tempat ini, banyak banget sih yang gw pikirin mulai dari hal-hal yang bikin gregetan sampe hal yang bikin gw cekikikan..hihihi

Musim terus berganti (di indonesia ga jelas), hari juga berganti, malam berlalu begitu cepat.. aneh ya ? iye gw juga ngerasa aneh, gw ga bisa ngegambarin sesuatu yang (biasa) berubah secara natural. yup, everybody is changing and i dont feel the same, gw ga ngerasain ada yang berubah dalam proses yang gw jalanin selama satu semester ini tapi gw lebih ngerasain ada yang berubah di hasil akhir. hasil akhir yang sampe sekarang belum menghasilkan ending yang bikin kita lega.

Ah gw bener-bener butuh seuatu yang baru, pemikiran baru, pengalaman baru akan suatu hal. belakangan semua terasa sangat membosankan. semua terlihat sama, antara problem dan pmcahanya pun dngan cara yang sama, saya cukup jenuh dalam hal ini.

Ada sih bberapa orang yang mmiliki ide-ide baru, atau mau lbih terbuka menerima pemikiran yang gw ungkapin, tapi masih terbatas mereka memberi gw ruang untuk mengutarakan ide-ide gw, ada yang bilang konyol lah, ada yang bilang danger lah, tapi yang penting mereka udah mau terbuka dengr gw ngoceh..hhehe

Ada juga sih satu orang yang bikin gw penasarn banget, soal apa yang ada dan dia pikirin, orangnya cukup pintar makanya gw ngarepnya dia bisa menjelaskan semua dengan cukup jelas, tapi sampe sekarang udah 2x ngajak ketemu gagal mulu,.

Nanti gw posting lagi setelah berhasil sharing sama dia ya, mudah-mudahan bisa sambil posting fotonya disini.

Kita mau share sambil ngopi bareng.

Senin, 28 Juni 2010

why do i feel so alone ?

kemarin fb gw di blokir, ga bisa dibuka sementara, ada yang ngelaporin pengaduan gitu ke fb denganb berbagai laporan, tapi akhirnya bisa dibuka lagi, itu cuma sementara. gw heran deh ada aja gitu yang ga suka sama gw, temen fb gw aja ga seberapa tapi dimusuhin ada aja. gw udah ngerti kok sama apa yang gw tulis juga semua konsekuensinya.

Temen gw pernah bilang supaya gw jangan terlalu ekstrim kalo nulis sesuatu apalagi kalo tulisan itu di publikasiin, kalo sampe kenapa-kenapa kita ga bisa berbuat apa-apa, kita bukan siapa-siapa. Gw sadar gw terlalu sering nyanyi, terlalu sering bikin kuping mereka pengang, mereka ga perduli lagunya, mereka terganggu sama liriknya.

Dan akhirnya gw sadar semakin sering gw nyanyi semakin banyak musuhnya, dan gw sadar kenapa sekarang gw ngerasa begitu kesepian.

laporan semester ini

Siang siang kembali lagi gw menulis. Apa kabar semua ? haha seolah blog ini dibaca ratusan orang aja. well gw sekarang lagi di sebuah warnet yang cukup cozzy buat nilis sesuatu.

kebingungan buat ngapa-ngapain nih, gw terpenjara sama tugas kuliah selama satu semester ini setiap minggu selalu dapet tugas, alhasil semua tugas gw kerjain, tapi masing-masing memiliki prioritas, di salah satu mata kuliah gw fokusin supaya dapet nilai A, untuk menutupi mata kuliah lainya yang gw ramalkan kemungkinan bakal dapet nilai C atau mungkin D.