Minggu, 07 Maret 2010

COBA KATAKAN - MALIQ N D'ESSENTIALS

Coba coba katakan kepadaku bahwa kita sedang berjalan menuju satu alasan
Janganlah kau katakan bila kita memang tak ada tujuan dari apa yang dijalankan

Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini..

Coba coba katakan kepadaku sekali lagi bila kita memang benar akan kesana,
Buktikan dan buat aku percaya bahwa kita bisa mewujudkan bahagia..

Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini..

Ohh.. Oh.. Habis sudah semua rangkai kata..
Telah terungkap semua yang kurasa..
Yang kuingin akhir yang bahagia.. hoo..

Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka..

Aku tak ingin terus terdiam memandangi harapan
Terlena akan manis cinta dan berujung kecewa
Aku tak ingin terus menunggu sesuatu yang tak pasti
Lebih baik kita menangis dan terluka hari ini..

Wohoho.. Dudududu…
Wohoho.. Dudududu…

Yang ku inginkan..
Satu tujuan..
Sebuah kenyataan..
Bukan impian..
Bukan harapan..
Bukan alasan..
Satu kepastian..

Coba katakan..
Coba katakan..
Coba katakan..
Coba katakan..

SAYA LAGI SERIUS PART. III (PENDAKIAN)


Malam minggu tanggal 14 february 2009, pagi hari kita menyiapkan segala perbekalan untuk menaiki Gunung Burangrang, sungguh kami benar-benar jauh dari kebiasaan yang kami lakukan biasanya, di tangerang jika tidak ada keperluan kami tidak akan merasakan yang namanya matahari pagi, kali ini kami tidak bisa menolak untuk bangun pagi, bukan karena dibangunkan, tapi kami memang merasa sungguh sangat rugi jika kami melewatkan hal ini, dan kamipun bangun pagi, cuci muka dan lekas keluar, untuk menikmati segala hal yang menyadarkan kami akan segala ciptaan-Nya. Sungguh saat itu saya merasakan pagi terindah dalam hidup saya di tambah kehangatan keluarga yang sangat berbahagia. Alhamdilillah.






Kami memulai aktifitas pagi dengan sarapan, kami tidak berolahraga sungguh dimanapun tempatnya kami sulit untuk berolahraga, udara yang sangat dingin telah memakzulkan keinginan kita untuk olah raga. kami sarapan dengan makanan khas sunda, dengan segala jenis sambalnya, dan setelah makan kami disuguhi makanan penutup berupa singkong yang digiling kemudian dicampurkan dengan kelapa dan parutan gula, saya lupa namanya.Dalam hal makanan kami sangat ganas, bahkan kami bisa saling membunuh hanya karena makanan, ilmuwan bilang untuk hicup kita hanya membutuhkan air, dan makanan hanya untuk menambah tenaga. buat kami sebaliknya. sebagai contohn setelah kami selesai bermain futsal dan tenaga kami habis, yang kami cari adalah air minum, bukan makanan. teori ngasal ini cukup efektif untuk kami.






Menjelang siang Om dam Tante saya pergi kepasar untuk keperluan perbekalan selama kami berada diatas sana, Tante saya sempat ingin menitipkan mesti kepada kami, namun atas tekat dan perjuangan kami yang luhur, hal itu di urungkan, mesti ikut ke pasar. paling tidak kami bisa menyiapkan segalanya dengan tenang dan tanpa luka. Ini pengalaman pertama kami naik gunung. disini kami berpikir apa yang akan kami lakukan jika telah sampai di puncak ? paling poto-poto. sebelumnya kemarin kami telah jalan0jalan kesekitar tempat yang akan kami lewati, dan kami pikir mudah untuk sampai kesana.






Om, Tante dan mesti pulang dari pasar, tante kedapur masak, dan om saya menyiapkan segala logistik Kami ? bengong aja ! Dan saat untuk berangkatpun tiba, kami berangkat penuh suka cita, eko terus memotret hal-hal yang ga penting untuk di potret, di jalan kami bertemu sesosok gadis desan khas jawa barat, dengan perawakan putih, berambit panjang, dan jujur saat itu saya hanya sempat memperhatikan betisnya yang sangat terang benderang seperti lampu neon pasar malam. konsentrasi kami rombongan terpecah, kami kehilangan dua teman kami, eko dan raden, dalam hati saya berpikir kemana mereka ? apakah mereka terpelosok ke dalam jurang, dan kemudian mati menghisap gas beracun dan tak sempat berteriak minta tolong. namun kemudian khayalan indah saya itu buyar ketika saya menyadari bahwa kami masih berada di lereng gunung, klaupun jatuh paling hanya jatuh ke irigasi sawah. Dan Ade, keponakan Om saya yang saat itu ikut rombongan sempat melihat kedua anak cacing tersebut mengeja si gadis lampu neon. ga bisa liat betis terang dikit.Dan saya dan yang lait kemudian mencari mereka dengan mencium arima tanah yang berbau pesing..hehe gak deng.. bukan kami yang menemukan mereka tapi mereka yang menemukan kami, dan merekan kembali dengan sosok wajah yang sumringah sambil menceritakan gadis yang mereka kejar hingga depan rumahnya tersebut. dan sesungguhnya mereka tidak perlu susah-susah mengejar gadis tersebut, karena Ade mengenal baik gadis itu. dan kami memutuskan untuk mengetahui lebih lanjut gadis itu setelah pendakuian.






Dan pendakian dilanjutkan, di jalan kami mampir di warung terakhir, dan membeli keperluan yang mungkin dubutuhkan, kerupuk, permen, dan tetep Rokoookk, masih aja. sawah demi sawah, pohon demi pohon kami lewati, aura wajah kami yang sebelumnya selalu sumringah seperti karyawan yang baru saja menerima kenaikan gaji lambat laun berubah seperti karyawan yang lesu karena gajinya harus habis untuk bayar hutang. ternyata jaauuuuuuuuuuhhhhh sekali dari perkiraan kita, mendaki gunung itu sangat sulit, ditambah jalan yang sering tertutup karena ranting pohon dan kami terpaksa membuka jalan dengan memotong ranting yang menutipi jalan tidak sedikit ranting yang berduri, akibatnya.... luka lagi.






Dijalan kami berenam berdiskusi apakah kami akan melanjutkan perjalanan ini ? Om dan Ade tampak masih tetap bugar dan tak ada masalah. sementara kami ?huahhhh sayapun berdiskusi dengan om saya, dan hasilnya, mengingat kami yang sungguh sangat tidak kuat, Om saya memutuskan perjalanan kami hanya kan sampai curug Burangrang, sebuah air terjun tapi ga pake pengantin.






kami sampai di air tejun yang tidak ada pengantinya tersebut, dan subhanallah tempat yang sangat indah, indah..... seketika kami langsung melepas pakaian dan terjun ke air terjun. airnya bersih dan dingin, bisa langsung diminum, segar.. Padahal kami ingin ke Boscha, namun stelah tahu jika ingin kesana membutuhkan waktu dua jam lagi, kami mengurungkanya.






Setelah selesai mandi air terjun, kami membuka perbekalan dan makan, mengingat kami sedang berada di hutan, kami terapkan hukum rimba, rebutan makanan, dan korbanya engkong, dia hanya dapat sekepal nasi dan daun singkong, so sorry... setelah itu kami pulang, di jalan pulang saya sering tertinggal jauh dari rombongan sampai pada saat saya terpeleset dan saya berteriak "toollllooooonnnggg" dan tidak ada yang mendengar saya, saya berpikir, akankah saya jatuh kejurang dan hilang tanpa sempat ada yang menolong ? dan khayalan saya itu dipatahkan lagi, karena saya hanya terjatuh ke irigasi persawahan..






Sampai dirumah sore, kami pulang dengan panuh peluh asem.. Eko dan Raden bertanya tentang gadis tadi kepada ade, dan diceritakan bahwa dia sudah memiliki suami, tapi mereka tidak menyerah begitu saja. Ade bilang bahwa biasanya dia setiap malam selalu mengaji di mushola setelah selesai sholat magrib, kamipun segera bersiap-siaop untuk bergegas ke mushola saat magrib tiba, dan sesampainya di mushola yang kami temukan hanya ustadz tua yang sedang bersiap untuk sholat, kami kecewa ingin balik lagi tapi dosa, dan kami sholat dengan khusyuk. dan permasalahanya adalah KAMI SALAH MUSHOLA !!!! Padahal ade sudah menunggu kami dan kami tidak kunjung datang...hahahha

Kamis, 04 Maret 2010

SAYA LAGI SERIUS PART. II (penganiayaan mesti)

Setelah pidato singkat saya tentang pertanggung jawaban saya terhadap kelima coro itu, kamipun menyusun strategi bagaimana kami bisa dapat menuju purwakata dalam tempoh yamg sesingkat-singkatnya, lebih cepat lebih baik dan Lanjutkannn !!! dann hasil rapat tertutup kami menghasilkan satu opsi mutlak yaitu "BERTANYA", kami bertanya bus apa yang harus kami tumpangi untuk dapat menuju purwakarta, dan dipilih bus warga baru denga pertimbangan dana karna hanya 60 ribu untuk enam kepala. sukses berada di kota purwakarta.






Setelah itu kami melanjutkandengan menaiki angkot dengan tujuan wanayasa, dan disitu terkuaklah supir angkot disana JAHAT-JAHAT, saudara saya bilang untuk carter angkot menuju wanayasa maksimal hanya 30 ribu, tapi dengan logat sunda yang halus dan sopan mereka meminta harga 125 ribu. #tipe supir angkot berdarah dingin. kami terjebak karena kami sudah berada dalam angkot yang berkecepatan tinggi, dan kamipun melakukan loby dengan menawar harag sewa angkot, dan lobi kami mentok di harga 75 ribu. #sigh.






Dan saya menelpon om saya untuk koordinasi apakah saya harus menyetujui loby tersebut, dan hasilnya ketua dewan pembina yaitu om saya memutuskan untuk menyuruh saya turun dari amgkot tersebut untuk kemudian di jemput. kami bayar 25 ribu angkot tersebut. dan kami turun, untuk menunggu jemputan. jangan pikir kalo urusan kami dengan angkot jahat tersebut sudah selesai, mereka tidak pergi begitu saja, mereka kembali meloby kami dengan menawarkan kursi angkot mereka, dan dengan senag hati kami menolak !!!


Jemputan datang !






Berakhirlah sudah penderitaan bersama transportasi-transportasi berdarah dingin #sigh. kami tiba di rumah pas magrib, kami disambut dengan baik, sampai pada akhirnya saya dan lainya bertemu MESTI, sepupu saya berusia 4 tahunan, yang sudah memiliki kepribadian :: Hyper aktif. ohh nooo Call nani 911 !!! satu malam disana kami, terutama rifky, kebo dan eko merasa sangat tersiksa seperti apa yang dialami budak-budak pada masa romawi kuno. kami dijambak, ditonjok, diinjak, dicakar, kami hanya bisa tersenyum, tapi mengeluarkan air mata, bukan air mata bahagia, tapi kami baru saja dicolok. entah kenapa mesti samgat takut sama raden. Makan malam sudah disiapkan, kami makan perasmanan ala pedesaan sampai saat ini, baru ini kenikmatan yang kami terima, tapi itu hanya sebentar, mesti datang lagi, asal tahu kami selama seharian di perjalanan belum makan sama sekali, dan hidangan nikmat di depan kami tidak membuta kami beringas untuk menyantap makanan tersebut, KARENA MESTI. kami hanya menyantap butir-perbutir nasi seperti ayan betina. Tapi entah mengapa mesti kali ini sangat tenang, tidak seperti biasanya. kamipun pelan-pelan mulai menikmati makanan yanga dihidangkan, mesti menghampiri saya dengan manja ala balita. "Aa aziz, meti cuapin dong" dengan senyum malaikat saya menyuapi dia, dua suapan ketiga entah mengapa tatap matanya begitu beda, dengan curiga saya menyuapuinya dannnn,,,,, "CCCRRRRAAAAAAAKKKKK". WWWUAAAANNNNNJOOOOORRRRRRRR GW DIGIGIIIIITTTTT.



itu yang berkerudung adalah MESTI sedang digandeng bapaknya !




Malam tiba, waktunya mesti tidur, dan kami tidak tidur, kami mengevaluasi perjalanan kami selama sehari ini, setelah itu kebo telepon cewenya, Rifky-eko ngobrol ala homo, raden terus menerus cek hp belum ada yang membalas sms yang dia kirimkan. engkong juga. saya diteras ngobrol sama om saya tentang rencana kami naik gunung Burangrang dan kalau sempat kamai ingin ke Boscha, sambil ngopi saya bukan meniup kopi yang panas, tapi saya meniup tangan kanan yanag digigit hasil kreasi mesti.


Tanpa diduga Mesti keluar dari kamar, saya mendengar kegaduhan didalam, saya masuk. dan benar saja penyiksaan lagi, huhh. diluar dingin, dingin juga hati gw waktu itu out of concept.


Selama di sana kami terus disiksa mesti dalam setiap kondisi yang mengharuskan kami untuk menjaga dia. saat tante sama om gw lagi ke pasar, saat om gw kerja dan tante gw masak, semuanya begitu membekas, bekas luka maksudnya.






Besok kita mau naik gunung Burangrang, dan melanjutkan ke Boscha.

SAYA LAGI SERIUS PART. I


Sedikit cerita tentang petualangan orang-orang yang menamakan diri mereka suckers. Tentang sebuah ekspedisi berlibur ke purwakarta, daerah pegunungan dengan alam yang sangat asri, wilayah yang dekat dengan waduk jati luhur ini dikelilingi oleh sawah yang sangat subur.






Belakangan kami merasa sangat jenuh, dengan udara tengik kota Tangerang yang bikin kita ogah sama sekali keluar rumah, kamipun ingin sekali pergi jauh dari tempat hectic ini, salah satu dari kami mengusulkan untuk pergi ke daerah sejuk pegunungan, saya kebetulan memiliki saudara yang menetap di tempat yang selama ini kami harapkan.Sayapun segera menghubungi saudara saya itu, dan merekapun siap menyambut kami. setelah berkomunikasi tentang apa saja transportasi yang dapat mengantar kami kesana, kamipun bersiap untuk kemudian 3 hari kemudian kami berangkat.






Kami memulai perjalanan dengan menuju pangkalan bus di daerah kebon nanas tangerang, kami bertanya apa ada bus yang melalui sadang ? dan kernet bus bilang bahwa busnya akan melewati sadang, kamipun naik tanpa curiga, dalam hati saya bernyanyi "naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali", selama dalam bus kami berenam melakukan kegiatan masing-masing. Eko dan rifky tidur sambil mendengar MP3 player, saya dan raden melihat sisi jalan, kebo dan engkon makan snack. saya sedikit ingat seperti apa sadang itu, tapi terakhir saya kesitu beberapa tahun lalu, Bus memasuki tol menuju jakarta-dan kami sudah melalui bekasi-setelah itu karawang. Kernet datang menuju tempat kami duduk, "dek, kalo mau ke sadang kalian turun disini". Saya merasa sangat asing sama tempat ini, saya memang sudah lama tidak ke sadang, tapi bukan berarti tempat itu dapat berubah sangat drastis. dalam pikiran saya, sadang itu : tempat dimana banyak bus antar kota berlalu lalang, dimana angkot siap manampung orang-orang yang turun dari bus, tempat dimana banyak penjual ayam. Dan sadang yang saya lihat setelah turun dari bus : tetap banyak bus antar kota berlalu lalang, tapi tadak ada angkot dan saya sadar saat itu kami berada di jalan tol dan tidak mungkin ada angkot, dan penjual ayam sudah berubah menjadi restoran cepat saji. dan teman-teman saat itu mencecar saya dengan satu pertanyaan seperti artileri dalam perang dunia "nyet ini bener sadang ? trus mana angkotnya ?". saya heran kenapa kita begitu cepat sampai sadang, dan kami bertanya pada petugas yang berada disitu dimana kita berada ? dan dia jawab "ini lagi di KM 39 tempat peristirahatan, KARAWANG." jing##






Saya sangat sadar bahwa perjalanan kita masih sangat jaaauuuuuuuhhhh. Rumus yang saya terima, setelah turun dai bus kami akan langsung naik angkot, dan disitu tidak ada angkot. Bus yang kami naiki ternyata tujun bandung dan kami membayar dengan biaya tangerang-bandung bukan tangerang-karawang, kami mulai kembali merevisi dana transportasi yang sudah dipersiapkan sebelumnya. teman-teman saya miskin mendadak, dihadapkan loeh 2 pilihan yang sama-sama akan membunuh.






1. kembali pulang ke tangerang


2. melanjutkan perjalanan menuju purwakata


:::: kedua pilihan itu akan membunuh mereka mengingat untuk menuju tangerang atau purwakarta ongkos mereka tidak akan cukup, ga lucu kalo meraka harus menginap disitu sambil berharap Charly ST 12, Pasha UNGU, atau Apoy Wali datang untuk mengantar kami pulang.






Dan saat itu saya berkata "SAYA BERTANGGUNG JAWAB" #SBY bilang gitu waktu pidato. saya yang menanggung hidup merqaka selama di purwakarta, mulai dari makan, ngopi, rokok, sampe jajanan Bakso-baksoan yang rasanya aneh.