On a waggon bound for market
there`s a calf with a mournful eye.
High above him there`s a swallow,
winging swiftly through the sky.
How the winds are laughing,
they laugh with all their might.
Laugh and laugh the whole day through,
and half the summer`s night.
Donna, Donna, Donna, Donna; Donna, Donna, Donna, Don.
Donna, Donna, Donna, Donna; Donna, Donna, Donna, Don.
"Stop complaining!“ said the farmer,
Who told you a calf to be ?
Why don`t you have wings to fly with,
like the swallow so proud and free?“
Calves are easily bound and slaughtered,
never knowing the reason why.
But whoever treasures freedom,
like the swallow has learned to fly.
Gw tau lagu ini sejak kemunculan film "GIE" yang di bawakan secara akustik oleh Sita Nursanti, sejak saat itu gw tertarik banget sama lagu sederhana tapi rumit ini.dan sejak gw belajar memahami lyric dari lagu ini sejak saat itu juga gw belajar memahami arti hidup.
"Di dalam sebuah peternakan ada seekor anak sapi dengan wajah murung, tepat di atasnya ada seekor walet mengepak sayapnya diudara." dalam hal ini saya melihat kontraversi antara kebebasan dan pengekangan, dimana sang walet dapat denga bebas mengepakan sayanpnya dan nmenentukan jalan hidupnya sendiri di udara, berbeda sekali dengan anak sapi yang selama hidupnya harus terkekang, dimanfaatkan hingga hidupnya berakhir di tempat penjagalan atau pasar.
Banyak orang beranggapan, jika ditanya hewan apa yang paling bermnanfaat pasti mereka menyebut sapi, ini merupakan fakta yang menurut gw menyedihkan, jika kita harus memikirkan hak si anak sapi tersebut, bagaimana tidak, selama hidupnya iya terus menerus dipaksa melakukan apa yang manusia inginkan, tanpa bisa protes. sekarang akan gw bendingkan dengan silklus hidup sang walet, selama hidupnya ia hanya berjuang untuk belajar terbang saja, dan setelah itu ia akan bebas menentukan jalan hidupnya sendiri diudara, namun sesekali ia kedarat untuk membuat sarang, dan hal ini disadari sebagian umat manusia, untuk memanfaatkanya , seperti yang sudah kalian tahu bahwa saranga walet sangat berkhasiat bagi kehidupan dan kesehatan manusia, selama hidupnya manusia terus mengambil sarang walet untuk dimanfaatkan khasiatnya, dan walet tidak pernah merasa dirugikan, karena dia sudah cukup bahagia selama ia masih bisa terbang, selama masih bisa menggunakan potensi yang dimilikinya, tanpa harus hidupnya diatur seperti anak sapi.
Gw lebih beranggapan kalo gw pengen jadi walet, menjadi manusia yang bermanfaat tanpa harus dimanfaatkan, dan diatur jalan hidupnya, dalam kehidupan nyata hal ini dialami oleh karyawan-karyawan perusahaann yang dalam "dimanfaatkan" oleh perusahaan dan kemudian perusahaan membalasnya dengan memberinya makan, dan tanpa sadar hidup mereka relah diatur, seperti misalnya berangkat pagi dan pulang hingga larut malam, jika tidak seperti itu mereka tidak dapat makan, sama halnya seperti sapi jika ia tidak dapat menghasilkan susu ia tidaki akan terus diberi makan dan hidupnya akan berakhir di rumah jagal, menjadi gumpalan daging di supermarket."jangan mengeluh" kata petani, "siapa suruh jadi sapi, kenapa kalian tidak memiliki sayap untuk terbang dengan bangga seperi walet".
Gw adalah seorang mahasiswa, gw melakukan keseharian seperti apa yang mahasiswa lakukan, belakangan gw sering melihat apa yang mahasiswa lakukan yaitu berdemo menentang apa yang mereka anggap sebuah penyimpangan, gw mendukung hal itu, namun gw menyayangkan pendapat skeptis sebagian masyarakat tentang apa yang dilakukan akhir-akhir ini, jika saja mereka mengerti perkembangan daya intelejensi mahasiswa yang lebih dewasa dan dapat lebih peka dengan apa yang dialami orang sekitarnya ! jika saja mereka mengerti bahwa mahasiswa sedang berjuang untuk kehidupan yang lebih baik ! apakah mereka mengerti bahwa mahasiswa sedang melakukan peranya sebagai walet untuk membebaskan kalian para sapi, yang dengan segala penderitaanya yang sudah tidak perduli lagi dengan esensi hidup dimana kita bebas menentukan jalan hidup dan menikmati hidupnya dengan bangga, mungkin mereka yang skeptis itu sudah menikmati hidupnya sebagai sapi tanpa harus menolak bahkan menawar. Setelah melakukan sesuatu yang bermanfaat, mahasiswa akan kembali ke bangku kuliah, waletpun begitu.
Gw ingat cerita seorang Cowboy yang datang ke suatu daerah gurun di texas, dia datang dari negri antah-berantah untuk menghukum Sherif yang korup, dan setelah daerah itu bebas dari Sherif korup dan hidup sejahtera, sang Cowboy pun pergi dari tempat itu, tanpa mengharap pujian setengah dewa dari masyarakat. Itulah mahasiswa, setelah menggulingkan pemerintahan yang korup merekapun akan kembali menuntut ilmu hidup seperti biasa, tanpa harus memegang jabatan yang dihormati.
Anak sapi lebih suka loncat-loncat dan disembelih tanpa ia dapat mengerti alasan mengapa ia diperlakukan seperti itu tanpa ia dapat menawar,. Tapi siapapun yang bejuang mencari kemerdekaan hidup, ia layaknya seekor walet yang berjuang untuk belajar terbang, setelah itu dia dapat menentukan hidupnya sendiri dan dapat bermanfaat bagi kehidupan.